Memperbaiki Tempat Pena Plus Termometer Ruangan

Hari ini aku tidak pergi mengaji, hujannya deras banget. Daripada bengong aku minta tolong sama bapak untuk memperbaiki tempat pena plus termometer ruangan yang dijatuhkan sama adik Rafif. Mumpung adik lagi tidur, aman tidak ada yang ganggu. Tempat pena plus termometer ruangan itu pemberian mbak Apung waktu aku di Bandung dulu.


Tempat pena plus termometer ruangan ini dijatuhkan sama adik beberapa bulan yang lalu. Masih untung termometer bulat ditengah seperti jam itu tidak copot dan masih berfungsi. Bapak memberi lem pada patung burung warna biru yang terbuat dari kaca dengan lem super lengket punya pak Wawan (adik ibu).

Dan selesai sudah, patung burung warna biru itu menempel erat dan kembali seperti semula.Tempat pena plus termometer ruangan itu kembali nongkrong di meja belajarku.

Satu Tahun Adikku

Hari ini tgl 3 Januari 2017 adalah ulang tahun adikku Rafif Widyawan. Satu tahun adikku kali ini tidak ada kue ulang tahun. Padahal aku sudah berharap ada kue tart yang bisa aku santap pulang sekolah tadi. Tapi tanpa kue tart pun tak apa. Karena ibu sudah menggantinya dengan nasi kuning. Lagian aku juga sudah lama tidak makan nasi kuning. Disini tidak ada yang jual, beda sama waktu di Bandung dulu. Bisa milih dimana mau beli nasi kuning. Yang jual banyak.


Kata ibu, dulu waktu aku usia 1 tahun juga tidaka ada kue tart, nasi kuning juga tidak ada. Kata ibu, dulu waktu aku usia 1 tahun diajak ibu sama bapak ke taman wisata Kyai Langgeng Magelang. 

Doaku untuk adik, semoga menjadi anak yang sholeh berbakti sama bapak dan ibu, sehat terus dan selalu dalam lindungam Alloh SWT. Aamiin.

Membantu Mak’e Membuat Entho Cothot

Ngomongin soal gorengan lagi. Kali ini aku membantu mak’e (nenek) membuat entho cothot. Tadi pak’e (kakek) mencabut singkong di kebun belakang rumah. Sudah lama aku pingin makan entho cothot dan sekarang kesampaian. Tidak usah beli, bikin sendiri saja.


Bapak membantu mengupas singkong dan memotongnya jadi beberapa bagian, menaruhnya diwadah lalu aku membantu mencucinya untuk membersihkan sisa tanah yang masih menempel saat dikupas tadi. Mak’e menaruhnya dipanci dan dikukus ditungku kayu bakar.


Singkong sudah empuk alias matang dan bapak menumbuknya dengan dicampur sedikit tepung sagu dan sedikit garam untuk menambah rasa. Kemudian aku membantu mak’e mengisi singkong tumbuk tadi dengan gula pasir.


Digoreng beberapa saat sampai kecoklatan dan entho cothot siap disantap. Dan aku selalu jadi yanf pertama untuk mengicipinya. Maknyus pokoke, gula pasirnya lumer. Legit banget.

Malam Tahun Baru Malah Mati Lampu

Malam tahun baru malah mati lampu alias aliran bin oglangan. Jian payah tenan.

Di desaku sering banget mati lampu. Seminggu bisa berkali-kali. Bahkan hari ini sudah dua kali. Kalau cuma sebentar saja sih tidak apa-apa, disini kalau aliran kadang lama buanget.


Seperti biasa, kalau mati lampu kayak gini untuk menerangi ruangan kita mengandalkan lampu emergency yang dicolok ke powerbank. Kita sedia 2 powerbank yang selalu terisi penuh. 

Sudah 30 menit belum nyala juga. Eh…lagi dirasani malah wis nyala. Lanjut nonton TV lagi aja. 

Topeng Ireng

Sore ini sehabis mandi aku nonton topeng ireng di dusun Jurang desa Kemloko. Acara ini mungkin untuk menyambut pergantian tahun, karena setahuku di dusun Jurang sedang tidak ada hajatan.

Topeng Ireng adalah satu bentuk tradisi seni pertujukan yang berasimilasi dengan budaya lokal Jawa Tengah. Topeng Ireng yang juga dikenal sebagai kesenian Dayakan[1] ini adalah bentuk tarian rakyat kreasi baru yang merupakan hasil metamorfosis dari kesenian Kubro Siswo.[2] (wikipedia)


Kalau tidak salah baca di banner yang ada di panggung tadi ada tulisan “Satrio Manunggaling Budoyo” grup seni topeng ireng dari dusun Jurang. Sebelum acara selesai aku sekeluarga beranjak pulang. Keburu maghrib.

Eh iya…selamat tahun baru 2017 semuanya. Semoga selalu dalam lindungan Allah SWT. Aamiin.

Jumat Pagi Sarapan Ubi

Jumat pagi sarapan ubi. Hujan dari semalam belum berhenti juga. Pagi ini cuaca didesaku tambah dingin, gemericik air masih turun dari langit. 

Bapak sudah sibuk di dapur, mau mengupas ubi dan menggorengnya. Ubi ini minta ma’e (nenek), beberapa hari yang lalu ma’e beli ubi satu karung besar. Tekstur ubinya kalau dibelah ada warna ungunya.


Setelah dikupas kemudian ubi dipotong-potong. Dikasih sedikit garam lalu di ongklok (diaduk dengan menggoyangkan wadah) agar garam merata.


Sengaja bapak tidak menambahkan tepung terigu seperti biasa kalau ibu yang goreng, biar cepet katanya. Digoreng dengan api sedang dan tunggu beberapa menit ubi siap disajikan. Bismillah…haphap, kering diluar dan empuk didalam. 

Pawai Budaya Hari Jadi Kabupaten Temanggung

Pawai budaya hari jadi kabupaten Temanggung. Hari ini adalah acara terakhir pesta rakyat untuk memperingati hari jadi kabupaten Temanggung yang ke 182. Acaranya dimulai jam 8 pagi dan aku terlalu siang datang ke acaranya.

Jam 10 kita (aku, bapak, ibu dan adik rafif) baru sampai dilokasi. Ternyata bukan pawai arak-arakan tapi festival budaya yang dipertunjukkan di beberapa titik di sepanjang jalan Temanggung kota.


Sebagian titik tempat pertunjukan sudah banyak yang beres-beres alias sudah pada mau pulang. Kita berjalan dari pasar menuju alun-alun. Desepanjang jalan ada beberapa pertunjukan seni yang masih dipertontonkan dan kebanyakan adalah kuda lumping dan topeng ireng. 

Sampai di alun-alun acara disana sudah bubar, sepertinya habis ada pertunjukan reog. Ya sudah, kita duduk-duduk saja disana sambil menikmati es kopi dan somay yang dijajakan di alun-alun. Selepas adzan zuhur kita beranjak pulang.